Harga Murah atau Kualitas Tinggi?!
Daftar Isi
“Bajunya mihil banget sih mba…!”
Hampir pasti kalimat itu yang terucap (baca:
terketik) setiap ada yang bertanya mengenai harga baju muslimah yang saya
pajang di facebook. Ya, kebanyakan perempuan (atau malah semua) pastinya
menginginkan barang berkualitas dengan harga murah. Maka saya jawab memang
harganya segitu karena bahan dan jahitanya good
quality (sebenarnya sih high quality)
kalau mau murah saya juga jual gamis harga Rp.150.000 ke bawah. Hampir pasti
juga, setelah itu akan mengatakan “yang ini saja mba, harganya seratus lima
puluh”. Duengggg!! Awalnya dapat komentar seperti itu terasa ada palu gada yang
dipukulkan keras-keras di kepala (lebay). Lalu dengan gaya yang dibuat stay cool, kucoba menjelaskan seperti
ungkapan bahasa jawa ‘ana rega ana rupa’
yang artinya kurang lebih ‘ada harga ada barang’ maksudnya kalau mau barang
yang bagus ya harganya juga bagus (tinggi).
Sunrise Dress on model *bukalapak.haha |
Crysant dress by sunrise all colour *barangdagangannih |
Kujelaskan juga kalau kualitas
baju-baju yang dijual di toko online nya Arin dengan harga miring itu memang
kualitasnya biasa. Teringat kembali gamis-gamis mahal (ada yang belum laku
dijual) yang arin ambil untuk sample. Harganya mahal, IDR 275K hanya untuk
selembar gamis bahan jersey. Tapi begitu melihat dan memegang langsung
bahannya, baru tahu kenapa gamis itu harganya melangit. Ya, karena bahannya high quality, jatuh, adem, tebal, dan
tidak menerawang. Ini menjadi pengalaman berharga untukku yang menjadi tahu
mana kualitas bahan jersey yang bagus dan seperti apa kualitas KW nya. Yah,
meskipun untuk tahu bahan ini harus rela gamisnya dijual rugi.
Sejak itu arin berkeyakinan, jika rejeki kita memang
telah diatur oleh Allah. Mau jualan gamis dengan harga mahal jika sudah rizki
kita pasti ada jalan untuk terjual. Mau jualan harga murah tapi belum menjadi
rizki kita akan ada jalan tidak laku. Dari sini pun menjadi lebih memahami
bahwa kalau mau barang berkualitas harus berani keluar kocek lebih dalam. Tapi
begitulah fitrah perempuan, yang ingin barang bagus tapi tak mau bayar mahal
(ini sih seperti arin banget sebenarnya). Kadang muncul rasa sayang untuk
membeli barang dengan harga tinggi.
Gamis dagangan, harga cukup mahal. bahan sifon, bawah lebar banget, busui |
Lalu saat ada teman yang menawarkan gamis dagangannya
dengan harga mahal, kucoba menawarkan dulu ke teman-teman di dunyat dan dumayku.
Hasilnya…. Banyak sekali yang tertarik tapi banyak pula yang langsung mundur
teratur setelah tahu harganya mahal; hanya beberapa yang tertarik membeli
seteah diskusi panjang.
Aku pun rajin menyambangi beberapa toko pakaian,
tujuannya window shopping dan
melihat-lihat desain interior mereka; berharap dapat inspirasi jika suatu saat
kelak Allah telah meridhai untuk punya toko sendiri. (maaf ya, toko-toko yang
pernah Arin kunjungi… sebenarnya sih pengen beli juga, tapi belum butuh dan harganya
belum pas di kantong. Jauh lebih tinggi dibandingkan gamis yang kujual (yang
sudah kubilang mahal juga).
Kadang terheran-heran dengan harga busana muslimah
yang mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah tapi orang-orang mau
berbondong-bondong membeli. Well, bisa
jadi kualitas dan brand lah yang
mereka cari. Atau bisa juga karena kecocokan dengan merk tertentu, karena brand
terkenal yang dipakai artis (biar terasa seperti artis mungkin), atau karena cocok
dengan model/cutting, kualitas bahan dan jahitan serta aksesorisnya.
Tetiba terpikir untuk mencoba menjahitkan baju. Yup!
Jadilah ke toko kain bersama suami sembari melihat-lihat harga kain dan mencoba
sedikit-demi sedikit menghafalkan jenis kain dan kualitasnya. Wow! Ternyata
dari satu jenis kain ‘chiffon’ saja ada beragam jenis, kualitas dan harganya.
Dulunya yang kutahu hanya chiffon cerruty, chiffon fine; ternyata ada chiffon
amunsen, cerutty glitter, dan masih banyak lagi dengan harga dan corak yang
berbeda. Belum lagi kain satin yang jenisnya juga tak kalah banyak; ada lagi
kain katun dari harga belasan ribu/meter sampai ratusan ribu. Kalau kain untuk
kebaya semacam tile memang umumnya harganya pun lebih mahal, tergantung
kualitas dan jenisnya. Bahan sutra dan batik pun ada yang harga miring sampai
harga melangit. Sesore itu muter-pegang-lihat harga kain di sana rasanya belum
cukup.
Oya, sebelumnya kami telah survey dulu ke seorang
penjahit tetangga kami, untuk membuat gamis dengan cutting sederhana, bawah
lebar (model payung). Untuk ukuranku, butuh bahan sekitar 3m bahan dengan lebar
1,5m berikut furingnya. Jadi total butuh minimal 6m untuk bahan tipis sejenis
sifon. Rasa hati ingin juga dengan model 2 layer, tapi ternyata butuh bahan
lebihnya sampai 2m untuk tumpuk bagian bawahnya. So, tetap dengan model
sederhana saja.
Jadilah kami membeli bahan sifon yang harganya tidak
terlalu mahal, hanya Rp.20.000/m (sebenarnya ini untuk membandingkan juga
dengan dagangan yang bahannya sama. Muehehehe). Furingnya kupilih yang lebih
bagus dari saran penjahitnya, kubeli bahan satin velvet dengan harga Rp.
18.500.
Dari sini mulai tergambar jelas kalau sebenarnya
harga gamis yang ada di jualan itu adalah harga wajar, bukan terlalu mahal.
Kalau kita cek biaya keseluruhan menjahitnya,
katakanlah untuk membuat satu gamis muslimah dengan cutting bawah lebar full
furing butuh bahan 4m bahan dan 3m furing (dihitung ukuran rata-rata/sedang).
Bahan : 4m x Rp. 20.000 = Rp. 80.000 (asumsi harga
bahan sifon kualitas sedang)
Furing: 3m x Rp. 13.000 = Rp. 39.000 (asumsi harga
furing kualitas sedang)
Biaya jahit = Rp. 120.000 (biaya jahit untuk model gamis
standar berfuring, jika cutting rumit biaya jahit pun lebih mahal)
Total Rp. 239.000
untuk gamisku yang item itu, berarti biayanya:
80.000 (bahan sifon)
55.000 (furing, bahan satin velvet 3m, 18.500/m)
120.000 biaya jahit
total Rp. 255.500
untuk gamisku yang item itu, berarti biayanya:
80.000 (bahan sifon)
55.000 (furing, bahan satin velvet 3m, 18.500/m)
120.000 biaya jahit
total Rp. 255.500
And loook!!!
How expensive! (kubilang mahal karen dengan harga ini, bis beli gamis dengan bahan yang sama tapi cuttingnya lebih oke). Beneran kan analisa Arin dulu, kalau jahitin baju pakai
bahan yang harga murah tuh jadinya rugi Karena biaya jahit jauh lebih mahal
dari bahannya. Kalau beli bahan yang mahalan dikit, bisa sampai 400an ribu ke
atas tuh buat satu gamis (eh, ini pengalaman teman jahitin gamis modif busui
ding).
Untuk yang bawah lebar ternyata bagian bawahnya saja
butuh 2m bahan, total 4,5, untuk model layer plus 2m untuk layeringnya.
Total bahan 6,5m. jadi paling tidak total biaya hampir
300ribu.
Nononono! Jadi nyesel banget deh… jadi ngelirik lagi
gamis-gamis yang sering Arin tawarkan, padahal harganya berkisah 175ribu ke
atas (belum termasuk ongkir tapinya). Hm….hiks.hiks. *nangisbombay.
Padahal ada satu model gamis yang Arin suka banget
tapi harganya belum cocok (200rb). Owww!! Yaudahlah, rejekinya mba penjahit
mungkin.
Yang lebih mengecewakan lagi, hasil jahitannya kurang oke, lama banget, janjinya tanggal berapa.. jadinya sebulan kemudian (kalau ini masih bisa dimaklumi sih, toh arin juga nggak buru-buru banget pake bajunya. tapinya kan penasaran sampe sering banget nanyain udah jadi apa belum), dan parahnya hasil jadinya kurang sesuai sama pesanan. hfff.... nasib dah. tahu gini mending waktu itu jadi ambil aja dress yang arin suka banget. heu.heu...
gamis jahitin. bahan sifon, busui,rok lebar, lebih mahal |
Akhirnya, kesimpulanku pun pada kalimat: kalau mau baju
murah, ya jahit sendiri biar nggak keluar ongkos buat jahitin. So, belajar
jahit lagi yuk! Beruntunglah yang sudah bisa jahit. Selain bisa menghemat
banyak rupiah untuk membuat baju keluarga bisa juga dijadikan income bagi full time mom.
Menyesal sekali, dulu arin malas-malasan belajar
jahit padahal hampir semua keluarga bisa jahit. Heu.heu.heu *nangislagi.
Sudah ah. Ayo belajar. Josh!
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,