Belajar Sabar dan Syukur dari Penjual Kerupuk
Daftar Isi
Dua hari ini aku merindukan mereka. Rindu sangat. Mungkin terkesan lebay, tak apalah karena memang mereka telah mengajarkan syukur dan sabar padaku. Iya, syukur dan sabar, saudara kembar yang tak terpisahkan itu.
Mereka hanya sepasang suami istri yang sejak sebulan terakhir melewati jalan di samping rumahku. Mereka hanya penjual kerupuk bermodal seadanya. Tapi, yang membuatnya menarik adalah si suami ternyata (maaf) buta. Mereka menjajakan kerupuk itu keliling kompleks, si suami memikul dengan pikulan, si istri yang fisiknya sempurna menuntunnya menunjukkan arah. Bersamaan mereka menawarkan dagangan dengan suara serak, terkadang agak pelan kelelahan.
Krupukrupuk... Krupukrupuk... Krupukrupuk... Begitu seterusnya.
Awalnya kami_aku dan keluarga_ biasa saja mendengar mereka berjualan. Namun, setelah mengetahui kondisinya kami_terutama aku_ merasa trenyuh dan terharu melihat perjuangan mereka.
Bayangkan saja orang yang tidak bisa melihat, memikul beban dan harus berjalan jauh. How womderful!.
Mungkin seringkali kita jumpai seorang tuna netra mencari nafkah bergandeng tangan dengan orang normal tapi (maaf) meminta-minta. Meskipun tak ada salahnya jika kondisi menuntut demikian. Jadilah saat bertemu sepasang suami istri itum kami salut. Sangat salut. Terkadang ingin mengajak mereka berbincang lama, ingin tahu apa yang membuat mereka mau berjuang sekeras itu. Ah, tapi rasanya tak enak mencuri waktu berharga mereka. Siapa tahu ada anak-anak yang menunggu mereka pulang membawa makanan?.
Maka, saat mereka berdua lewat, ada syukur yang terucap dalam hati dengan kondisiku saat ini. Subhanallah.... Belajar dari mereka untuk bersabar menghadapi ujian hidup, untuk bersyukur menerima apapun yang diberikanNya. Belajar untuk setia pada suami/istri, seorang menjadi penopang sedang seorang lain menjadi penjaga. Belajar bekerja keras, karena hidup itu tak mudah, kawan.
Ya, dua hari terakhir tak kudengar suaranya menawarkan kerupuk. Padahal sejak kemarin sudah kurencanakan untuk berbincang dan berfoto atau 'mencuri' foto mereka. Ah, semoga Allah menjaga mereka dan keluarganya, semoga baik-baik keadaannya. Semoga karena dagangannya laris sehingga ia tak perlu berjalan lebih jauh lagi sampai melewati rumah kami. Semoga.
Terimakasih, bapak dan ibu, Fulan dan Fulanah, Mr.&Mrs.X
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,