Merdeka dan Merica
Daftar Isi
(Jelang)
Dirgahayu Indonesia ke 70. Barakallah, semoga makin jaya dan tidak makin
bertambah masalahnya (sambil nangis bombay lihat keadaan sekeliling saat ini).
Ngomong-ngomong, apa hubungannya coba merdeka sama merica?! Entahlah, yang penting
kita hubungkan saja biar sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesa.
Sebenarnya
merica sudah kurang populer diberitakan di TV dan media lain, sudah kelewat
basi dua bulan lebih. Hm.. memang ini juga #latepost
sih, kejadiannya saat bulan Ramadhan kemarin.
Ibu rumah
tangga dan para chef pastinya tahu
seberapa pentingnya merica
ada di dapur. Jadi, meskipun merica harganya selalu melangit (nggak kaya cabe yang kadang harga sepedas rasanya tapi kadang seolah tak berharga) harga merica putih selalu diatas Rp.100.000/kg dan merica hitam lebih mahal dari itu. Jelang Ramadhan kemarin ibu mertua membeli 1 ons merica harganya 20 ribu (kalau beli 1kg mungkin bisa dapat 180 ribu). Biasanya kami buat merica bubuk sendiri dengan bantuan blender dan saringan, saat butuh untuk masak tinggal ambil saja tanpa perlu repot ngulek. Kalau beli merica bubuk rasanya sering kurang pedas seperti buatan sendiri, jadi memilih beli merica butir saja dan sedikit repot ngulek tak apa lah.
ada di dapur. Jadi, meskipun merica harganya selalu melangit (nggak kaya cabe yang kadang harga sepedas rasanya tapi kadang seolah tak berharga) harga merica putih selalu diatas Rp.100.000/kg dan merica hitam lebih mahal dari itu. Jelang Ramadhan kemarin ibu mertua membeli 1 ons merica harganya 20 ribu (kalau beli 1kg mungkin bisa dapat 180 ribu). Biasanya kami buat merica bubuk sendiri dengan bantuan blender dan saringan, saat butuh untuk masak tinggal ambil saja tanpa perlu repot ngulek. Kalau beli merica bubuk rasanya sering kurang pedas seperti buatan sendiri, jadi memilih beli merica butir saja dan sedikit repot ngulek tak apa lah.
Waktu
pagi-pagi mau masak sup untuk Hasna, tiba-tiba melihat ada yang aneh di
mericanya. Bentuknya aneh, tidak semulus merica tapi butiran dan warnanya sama
persis, kalau hanya dilihat sekilas tidak kentara kalau itu (bukan) merica dan
saat dihancurkan terlihat seperti tepung. Sengaja kah ini?! Entahlah, saya juga
tidak tahu. Mungkin seperti kita nemu butiran jagung waktu dalam butiran
kedelai, entah tercampur dari mana. Tapi karena penasaran kulanjutkan memeriksa
semua butiran itu, dan hasilnya yang (bukan) merica cukup banyak jika dibilang
bukan kesengajaan. Hm... entah siapa yang berbuat begitu, tapi saya yakin bukan
penjual di pasar Tlogosari sini. Bisa jadi ada oknum yang 'kreatif' dan ingin
mendapat untung lebih besar.
Kiri: Merica, kanan: (bukan merica). Tidak terlihat bedanya |
Jika benar-benar diteliti baru terlihat mana yang merica dan mana yang bukan |
Merica
palsu, beras palsu, kosmetik palsu, daaaan sederet barang palsu lainnya kerap
menghiasi layar kaca. Inikah potret kemerdekaan Indonesia?! Ini hanya persoalan
kecil merica, belum lagi anak jalanan, rakyat miskin, anak-anak putus sekolah,
karyawan yang di-PHK, transportasi umum yang selalu menuai masalah, rupiah yang
makin melemah, BPJS, carut marut politik, perbaikan jalan yang tak ada selesainya, negara kita yang seolah
tak punya taring di kancah internasional, dan silakan ditambahi sendiri.
Okelah, mungkin banyak prestasi Indonesia yang kadang tak terdengar masyarakat
akar rumput seperti saya. Tapi, sudahkah itu seimbang dengar umurnya yang makin
menua?! Kita do'akan saja, semoga jadi lebih baik.
Semoga
para pemimpin dan jajaran elite negeri ini bisa memegang amanah rakyat, dan
semoga masyarakat Indonesia makin sejahtera (hiks) tidak hanya yang kaya makin
kaya yang miskin makin miskin.
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,