Belajar dari Jessica Iskandar dan Dokter Cantik Reisa Brotoasmoro di Cerita Perempuan Trans TV
Daftar Isi
Assalamu’alaikum,
Ayah-Bunda ada yang suka mengikuti talkshow Cerita Perempuan di TV? Meskipun
sebenarnya suka sekali dengan acara itu, tapi tidak selalu saya bisa menonton
karena masih rempong dengan si kecil atau masih sibuk dengan tumpukan pakaian
kotor.
Kemarin, saat berkesempatan stay di depan TV sejak tayangan dimulai, saya
justru kecewa dengan bintang tamunya, Jessica Iskandar. Iya, temanya seputar
mama muda kenapa dia yang diundang? Nggak ada yang lain kah? Begitu batin saya
protes.
Sabar,Ayah-Bunda. Saya tidak suka tapi saya juga bukan haters-nya. I mean,
saya tidak begitu mengikuti perkembangan dunia entertainment sehingga ada
beberapa selebriti yang saya suka dengan penampilannya, atau dengan kepribadiannya,
atau dengan alasan lain dan ada pula yang saya tidak suka dengan alasan yang
sama. Suka pun tidak sampai menjadi fans garis keras, hanya sekedar kagum, itu
saja.
Dan kenapa saya tidak suka dengan Jessica Iskandar? Hanya karena saya
tidak suka gaya-nya saat tampil di media, itu saja. Jadi fair-nya, semoga nggak
ada yang membully saya setelah ini *siapa kamu?!*
Tapi begitu acara dimulai, Wizzy, selesai menyanyikan sebuah lagu, Maudy
dan Roslina Verauli masuk stage, salam-salaman dengan OSD dan Wizzy, lalu
diundanglah si Jessica Iskandar untuk memasuki arena talkshow.
Hm.. sampai detik ini saya masih berharap narasumber kali ini bukan dia.
Tapi, setelah talkshow dimulai dan Jessica menjawab pertanyaan dengan
santai, mengalir dan terlihat sangat dewasa, rasa tidak suka saya
berangsur-angsur mengikis. Bukan berarti saya serta-merta menjadi fans beratnya
juga.. hehe. Hanya saja dia telah menjadi sosok yang berbeda dengan sebelumnya.
menajdi sosok yang lebih bijak dan dewasa, menurut saya. Dan itulah yang saya
kagumi.
Saat dia bercerita selama hamil tinggal di Amerika lalu tiba-tiba
didiagnosa penyakit (saya lupa apa namanya) yang bisa sewaktu-waktu mengalami
pembekuan darah. Akhirnya dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi agar
bayi secepatnya dilahirkan. Jika tidak, bisa membahayakan keduanya.
Saat mendengarnya bercerita mengenai kelahiran El-Barack Alexander itu,
saya pun mengingat betapa sakitnya proses kelahiran bayi saya waktu itu.
Belum lagi setelah melahirkan bayi pertamanya ia justru harus berpisah
dengan suaminya yang menyebabkan ia menjadi seorang single parent sekarang. Bagaimana
beratnya menjadi orang tua tunggal tak perlu dibayangkan, sangat berat. Saya tahu,
karena ada salah satu sahabat saya yang demikian. Dan mereka adalah orang-orang
yang tangguh yang berjuang membesarkan anak-anaknya.
Oh iya, dari acara Cerita Perempuan itu ada beberapa pelajaran yang saya
tangkap, diantaranya:
Tidak Berbohong Kepada Anak
Ini yang dilakukan Jessica saat ia akan pergi bekerja. Ia pamit kepada El
dan mengatakan Mommy akan pergi bekerja dan mencari uang untuk mereka hidup. Tak
perlu mengarang cerita bohong atau memberi iming-iming ini itu, cukup berikan
kepercayaan kepada anak bahwa orang terkasihnya akan pergi sejenak dan ia akan
kembali lagi memeluknya nanti, begitulah kira-kira.
Terkadang orang dewasa begitu mudahnya mengatakan suatu kebohongan kepada
anak-anak dan berharap mereka bisa menerima. Padahal, mereka adalah pendengar
terbaik dan kaset kosong yang merekam apa saja yang ditangkap oleh lensa
inderanya.
kita tidak ingin anak-anak kita menjadi orang yang senang berbohong,
bukan?
Memberikan Waktu Terbaik untuk
Anak
Bekerja atau di rumah, memberikan waktu kita bersama anak atau quality
time adalah kewajiban. Mengajaknya bermain, bercanda, atau sekedar jalan-jalan
keliling komplek tentu akan menambah bonding antara ibu dan anak.
Hm.. saya salut dengan Jessica yang sangat memeprhatikan putranya
meskipun dengan kesibukannya menjadi selebriti tanah air.
Mengendalikan Emosi dan Merahasiakan
Masalah Orang Dewasa dari Anak
Punya masalah dengan suami, tak menjadi halangan untuk tidak menampakkan
wajah bahagia dan penuh kasih sayang terhadap anak. Ya, karena mendapatkan kebahagiaan
dan kasih sayang adalah hak mereka.
Ada hal-hal atau masalah-masalah orang dewasa yang boleh diketahui anak,
tapi ada juga yang harus disimpan erat dan hanya menjadi konsumsi orangtuanya. So,
menjadi orang tua dituntut harus bijak mengelola emosi dan manajemen masalah.
Semangat Berjuang untuk Anak
Untuk apa bekerja jika bukan untuk anak?! Begitulah kira-kira yang selalu
ada di benak para bunda. Bunda yang bekerja di kantor maupun di rumah,
sama-sama memikirkan bagaimana mereka bisa melakukan dan memberikan yang
terbaik untuk buah hati.
Jedar pun bersemangat untuk memberikan Asi eksklusif untuk bayinya. Dalam kondisi sesibuk apapun dengan pekerjaan ia menyempatkan untuk pumping. Bahkan dalam kondisi stress karena masalah pribadi pun ia tetap bisa memproduksi banyak ASI dan mendonorkannya untuk bayi yang membutuhkan. Salut!
Berlimpah atau tidaknya ASI memang berbeda di setiap bunda yang menyusui, pengorbanan dan perjuangannya lah yang patut kita contoh.
Jedar pun bersemangat untuk memberikan Asi eksklusif untuk bayinya. Dalam kondisi sesibuk apapun dengan pekerjaan ia menyempatkan untuk pumping. Bahkan dalam kondisi stress karena masalah pribadi pun ia tetap bisa memproduksi banyak ASI dan mendonorkannya untuk bayi yang membutuhkan. Salut!
Berlimpah atau tidaknya ASI memang berbeda di setiap bunda yang menyusui, pengorbanan dan perjuangannya lah yang patut kita contoh.
Dan, saat sesi dokter Reisa Brotoasmoro sudah dihadirkan, saya makin tergugu.
Bagaimana tidak? Beberapa hari terakhir saya sedang kerepotan mengatur emosi
saya saat mendapati ulah si kecil.
Ada saja tingkahnya yang membuat saya tak bisa menahan diri. Ditinggal ke
kamar mandi sebentar saja, isi kulkas sudah berhamburan dan dia dengan wajah innocent sedang memanjat kursi membuka pintu freezer. Hfft.. rupanya begitu
bundanya masuk kamar mandi dia menyeret kursi lalu mengaduk-aduk isi kulkas dan
berusaha membongkar isi freezer.
Hfft.. belum lagi dengan isi lemari yang berhamburan, atau mainan yang baru
dibeli sudah patah menjadi beberapa keping, telur ayam yang tiap hari di’ceplok’nya
di depan kulkas, dan segalanya.
Ah, harusnya saya bersyukur punya anak yang aktif seperti dia, hanya
mungkin saya harus belajar lebih dan belum menemukan ritme yang pas dengannya.
Cerita dokter Reisa yang ‘menyelamatkan’ anaknya saat diare dan tiba-tiba
denyut nadinya sudah tidak ada membuat saya bergidik ngeri.
Yaa Rabb,... jangan sampai saya mengalami hal seperti beliau..
Dan lagi-lagi saya disadarkan untuk lebih bersabar menghadapi kecerdasan
si kecil, sebelum segala sesuatu membuat saya menyesal di kemudian hari. Kita tak
pernah tahu hari esok akan bagaimana, tetapi semoga kejadian hari ini tidak
membuat kita menyesal esok dan selamanya. Aamiin..
Teladan kita yang utama dalam mendidik anak-anak tentu rasulullah, tapi
kita juga harus belajar dari orang-orang di sekitar kita, belajar dari siapapun
dan dari manapun.
Karena untuk mengurai makna, Tuhan telah menghadiahi semesta.
Allahua’lam bish shawab,
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
Anaknya aktif banget yah Mbak, gpp. Yg penting mereka sehat. Bakalan sedoh banget deh jika anak yg sehari2nya aktif, lalu sakit dan cuma bisa xiame, duuuhh rasanyaaaa pengen emaknya aja deh yg sakit, anaknya sehat slalu ajah :)
Padahal mungkin mirip Jedar ini ya, punya banyak ilmu yang bisa diambil :D