Ikhtiar Melindungi Anak dengan Imunisasi
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Ayah-Bunda...
Bulan Agustus – September ini ada program dari pemerintah untuk mencegah
penyebaran virus penyebab penyakit rubella dan campak. Yup! Imunisasi MR, tepat
sekali!
Telat banget sih sebenarnya baru nulis tentang ini sekarang, di saat
programnya sudah hampir berakhir untuk Pulau Jawa. Tapi nggak ada salahnya juga
kan, berbagi pengalaman imunisasi MR untuk si Kecil?
Ayah-Bunda pernah berada pada pusaran arus provaksin Vs antivaksin? Saya
pernah merasakannya, dulu menjelang kelahiran anak pertama. Waktu itu informasi
yang datang (ke saya) tidak berimbang dan lebih banyak yang menjejali dengan pernyataan
bahwa vaksinasi tidak ada pada zaman Rasulullah dan bahannya pun dari bahan
yang haram sehingga hukumnya haram.
Sebagai calon ibu muda waktu itu hal ini membuat saya galau luar biasa. Antara
ingin mengikuti perkembangan dunia pengobatan dengan teknologi saat ini dan
kegalauan mengenai status kehalalan vaksin.
Saya pun kembali berpikir, jika zaman Rasulullah ada tahnik, bukankah itu
berbeda dengan vaksinasi? Pun bahwa kondisi pada saat ini telah berbeda dengan
zaman beliau. Berbagai penyakit baru muncul dan virus juga telah banyak
bermutasi menjadi virus lain yang lebih ganas dan mematikan.
Pengobatan Nabi (thibbun nabawi) masih relevan dengan pengobatan
sekarang, terutama untuk pengobatan yang sudah evidence based alias sudah
terbukti. Wong herbal tradisional yang tidak ada sejarahnya dalam thibbun
nabawi pun jika belum terbukti klinis maka belum terjamin keamanannya bukan?
Yah, kapasitas ilmu saya bukan pada membahas tentang hal ini sih, maka
untuk urusan imunisasi dan dunia kesehatan/kedokteran lainnya saya memilih
untuk mengikuti ahlinya. Serahkan pada ahlinya, karena jika saya yang disuruh
untuk ‘memegang’ pasien misalnya, tentu hasilnya tidak akan ada karena saya
tidak memahami seluk-beluk ilmu kedokteran.
Bagi saya yang penting sekarang adalah saling menghormati dengan pendapat
orang lain. Namun sebisa mungkin mengusahakan agar diri sendiri tidak merugikan
orang lain atau tidak menjadi sumber penyakit bagi orang lain.
quote dari anggota MUI |
Alhamdulillah awal Agustus lalu diadakan imunisasi MR di sekolah si
Kecil, PAUD dekat rumah. Sebelumnya pihak sekolah telah memberikan informasi
mengenai program ini lewat selebaran yang dibagikan ke setiap wali murid.
Di waktu yang telah dijadwalkan, kegiatan belajar sengaja diliburkan. Anak-anak
dikumpulkan di halaman sekolah dan diajak bermain oleh guru-gurunya sembari
petugas puskesmas menyiapkan peralatan untuk pelaksanaan imunisasi.
Guru-guru berusaha membuat anak-anak riang gembira dan perhatiannya
teralihkan dari kelas yang dipakai untuk menata peralatan imunisasi. Iya, bisa
bergidik ngeri atau malah lari pulang jika mereka melihat jarum-jarum suntik
itu.
Setelah siap, satu persatu anak dipanggil untuk bergantian imunisasi. Dengan
didampingi orangtua/wali, mereka memasuki kelas. Lucu-lucu sih ekspresinya. Ada
yang sampai pucat dan menangis, ada yang malah tertawa-tawa, ada yang ingin
lari, dan sebagainya, namanya juga anak-anak.
Saat nama si kecil dipanggil, saya pun membimbingnya masuk. Melihat jarum-jarum
tertata di meja, dia jiper dan mengajak keluar. Apalagi melihat salah satu
temannya menangis. Untungnya setelah ditenangkan, diberi pengertian dan dipeluk
erat, ia pun diam dan pasrah saat akan disuntik. Hanya sedikit terkejut begitu
jarum suntik ditusukkan ke lengannya. Selebihnya, ia hanya diam menahan sambil
memeluk erat bundanya.
Tak disangka, setelah selesai dia malah lari sambil tertawa dan hendak
meminta goodie bag yang disediakan untuk anak-anak. Hahaha! Dasar anak-anak
masih begitu polos. Tingkahnya menggemaskan.
Sebelum pulang, masing-masing dibawakan paracetamol dengan catatan diberikan
ke anak jika demam. Hm.. sempat worry dengan reaksi apa yang akan muncul pada
sikecil pasca imunisasi. Alhamdulillah nyatanya baik-baik saja dan tidak demam
sehingga paracetamol itu masih tersimpan rapi.
Fatwa MUI tentang imunisasi |
Masih dalam suasana program pemerintah dengan imunisasi MR, banyak
pro-kontra yang muncul, termasuk kasus-kasus ‘efek samping’ imunisasi yang
dihadapi sebagian orang. Yah, setiap orang pasti berbeda dalam menerima efek
vaksin. Tapi kasus seperti ini seharusnya tak perlu dibesar-besarkan apalagi
setelah terbukti bahwa si anak ternyata memang memiliki riwayat penyakit. Jadi bukan
hanya karena efek vaksinasi.
Sering mendengar berbagai kasus yang terjadi karena dampak rubella? Kelihatannya
sepele namun efeknya sangat panjang dan berat terutama bagi ibu hamil yang
terjangkit dan menular ke janin dalam kandungannya. Setelah si bayi lahir,
risiko kematiannya jauh lebih besar dibandingkan yang tidak terkena virus. Pun dengan
berbagai dampak yang membuat fisiknya tidak sempurna. Na’udzubillah min dzalik.
Pertanyaan seputar imunisasi MR |
Sebagai orangtua, kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Tak ada orangtua yang menginginkan anaknya sakit dan menderita. Dan
bagi saya, imunisasi ini adalah bentuk ikhtiar untuk menjaga mereka. Meskipun penjagaan
yang sesungguhny adalah penjagaan Allah semata.
Btw saya juga masih taraf ikut imunisasi yang disediakan pemerintah saja,
belum merambah ke berbagai jenis vaksin berbayar apalagi yang mahal. Hehe. Yang
nggak ‘diwajibkan’ nggak apa-apa ya di skip *piss. Semoga anak-anak selalu sehat dan menjadi
generasi selanjutnya yang kuat, tangguh, dan bermanfaat.
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,