[Seminar Parenting] Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Itu Penting
Daftar Isi
Tumbuh kembang anak terutama dalam masa golden age sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua.
Menyadari pentingnya hal tersebut, akhir pekan yang lalu diadakan seminar
parenting di sekolah Kakak. Temanya tentang optimalisasi tumbuh kembang anak.
Si kakak yang sekarang duduk di bangku TK A, akan genap 5 tahun usianya pada akhir
Februari 2019 yang akan datang.
Saya memang tidak begitu rajin mengecek tumbuh kembang si Kakak.
Parameter-parameter selama balita yang harus dilalui saya pikir masih aman. Checklist di skrining pra perkembangan
anak masih terlampaui. Namun, ada sedikit kendala yakni si Kakak yang masih
sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Rasa percaya dirinya juga belum
muncul. Padahal ini adalah bekal yang penting untuk nanti melanjutkan sekolah
SD dan seterusnya.
Mengenai pentingnya tumbuh kembang anak, anak harus diberi stimulus
supaya setiap tahap tumbuh kembangnya sesuai. Berbagai stimulus diberikan untuk
mengoptimalkan perkembangan motorik halus, motorik kasar, emosi, bahasa, dll.
Ada kasus seorang anak yang IQ-nya rata-rata atas namun ketika duduk di
bangku SD si anak tidak bisa mengikuti pelajaran. Setelah ditelusuri melalui
konsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak dan psikolog, didiagnosa si anak
mengalami masalah motorik halus. Untuk itu dilakukan terapi supaya semua aspek
tumbuh kembangnya bisa terpenuhi.
Seminar parenting yang diadakan oleh komite sekolah tersebut menghadirkan
Bunda Aulia Rahma, S.Psi. Beliau merupakan seorang praktisi psikologi
perkembangan anak. Beliau didatangkan langsung dari Yogyakarta, tempatnya
menimba ilmu sekaligus berprofesi sebagai psikolog.
Bunda Aulia Rahma, S.Psi |
Beliau mengawali dengan pertanyaan ‘kenapa kita harus memperhatikan
tumbuh kembang anak?’ dan jawabannya adalah karena fase awal selama golden age itu mempengaruhi fase
selanjutnya. Lalu menurut data WHO tahun 2012, lebih dari 190 juta anak yang
hidup tidak dapat mencapai usia perkembangannya yang potensial. Selain itu,
ternyata Indonesia adalah negara ke lima terbesar dalam jumlah anak yang
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Miris, ya Ayah-Bunda, saya pun sering merasakan khawatir jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan terhadap anak-anak saya.
Gangguan tumbuh kembang yang sering dijumpai diantaranya gangguan
pemusatan perhatian/hiperaktif, gangguan emosi dan perilaku anak, kesulitan
dalam belajar, dan keterlambatan perkembangan.
Penyebab gangguan tersebut bisa karena ada sesuatu yang bermasalah di
otaknya. Jika bukan karena itu, bisa terjadi karena kebanyakan melihat gawai/gadget atau menonton tayangan TV. Gadget
bisa mendistraksi perhatian kita, baik orang dewasa dan anak-anak. Selain itu,
pengaruh warna dan cepatnya gerakan membuat otak berpikir lebih cepat dan
berakibat pada bosannya anak-anak dengan kegiatan di rumah maupun di sekolah.
Aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan Anak
Ada 8 aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam perkembangan
anak, yaitu Aspek Motorik halus, motorik kasar, bahasa, kemandirian, emosi,
sosial, dan kognitif.
Orang-orang generasi dulu cenderung hanya fokus pada aspek kognitif
sehingga aspek lainnya kurang diperhatikan dan menghambat tumbuh kembang anak. Saya
sebagai orangtua baru juga masih terus menyaring ilmu mengenai hal tersebut.
Salah satu hal penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah
synaps. Synaps merupakan serabut saraf otak yang berfungsi sebagai penghubung
antara satu sel saraf dengan sel saraf lainnya. Semakin banyak stimulus yang
masuk ke otak anak, maka akan semakin banyak serabut synapsnya.
Analoginya, ketika ayah-bunda memberikan rangsangan positif kepada anak,
otaknya akan merekam dan muncul 1 synaps baru, begitu seterusnya. Synaps akan
terus berkembang semakin kuat ketika stimulasi terus diberikan. Sayangnya,
synaps akan terputus ketika anak mendengar bentakan dan nada tinggi. Dan parahnya
lagi, ketika terstimulasi synaps akan tumbuh satu persatu, namun ketika mendapat
bentakan synaps akan putus berbarengan.
Synaps juga akan mati dengan sendirinya jika tidak pernah diberi stimulus.
Synaps juga akan mati dengan sendirinya jika tidak pernah diberi stimulus.
“Ingat, synaps tidak bia diasuransikan, jadi hati-hati dan pikir dulu
sebelum marah dan membentak anak, ya Bunda.”
Kata Bunda Aulia sembari berseloroh. Namun selorohnya sangat mengena di
hati saya. Entahlah, sebenarnya sejak lama telah mendengar mengenai synaps yang
terputus akibat bentakan, namun seolah hanya sambil lalu dan terabaikan di otak
saya. Ketika satu, dua, tiga kali mencoba memberi pengertian dengan halus namun
tak diindahkan, tanduk merah langsung muncul dan kepala berasap. Ujung-ujungnya
keluar bentakan dan omelan panjang kali lebar kali tinggi tak berujung. Hiks.
Motorik Halus
Adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot halus atau otor kecil dan koordinasi mata dengan tangan.
Aspek motorik halus akan mempengaruhi kemampuan menulis di kemudian hari.
Aspek ini bisa distimulasi dengan meraba, menjimpit, menulis, merobek,
menggunting, dll.
Motorik Kasar
Adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot besar, sebagian atau seluruh
anggota tubuh. Stimulasinya dengan melatih kekuatan otot, keseimbangan,
koordinasi gerak, kelincahan.
Contoh kegiatannya: duduk, berguling, menendang, berlari, menangkap bola,
naik-turun tangga, merayap, dan merangkak.
Dalam fase bayi, fase merangkak sangatlah penting dan akan berpengaruh
terhadap kemampuan kognitif. Merangkak membuat bayi belajar untuk menilai
jarak. Sehingga ketika ada anak yang tidak mengalami fase ini, janganlah bangga
diri karena si bayi melompati fase. Namun berilah stimulus agar ia bisa
merangkak dan bisa mengkoordinasikan tangan dan kaki.
Selain itu, otot sangat mempengaruhi suplai oksigen ke otak. Artinya,
orang yang rajin olahraga akan mendapatkan asupan oksigen lebih baik
dibandingkan yang pasif. Sehingga mereka lebih bahagia dan tidak suka marah.
Perkembangan Bahasa
Aspek perkembangan bahasa penting agar anak bisa berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa terlihat dalam proses menyerap dan mengolah informasi, mengekspresikan
atau menyampaikan ide, gagasan dan perasaan.
Aspek ini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Stimulasinya
bisa dengan pertanyaan, percakapan, dan bercerita atau mendongeng.
Inilah pentingnya ayah-bunda mendongeng atau mengajak anak berkomunikasi
sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan.
Perkembangan Emosi
Anak yang mengalami masalah emosi, akan sangat mungkin mengalami masalah
lainnya. emosi baik positif maupun negatif harus diterima dan dipahami dengan
baik oleh anak. Terlebih sekarang kita mengenal adanya emotional quotient atau
kecerdasan emosi, yang berpengaruh terhadap kesuksesan dan masa depan anak. Seseorang
dikatakan memiliki kecerdasan emosi jika bisa mengenali emosi, mengelola emosi
dan memotivasi diri sendiri, lalu mengenali emosi orang lain.
Seseorang yang bisa menyampaikan emosi secara verbal akan mengurangi
stres, lebih berempati dan memahami lingkungannya.
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah
suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai,
dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Untuk aspek perkambangan lainnya, harus terus diasah seiring dengan pertambahan
usia.
US Department of Health and Services
merekomendasikan kompetensi yang harus dimiliki anak usia TK, yaitu:
- Percaya diri (confidence)
- Rasa ingin tahu (curiousity)
- Kemampuan kontrol diri
- Kemampuan bekerjasama
- Mudah bergaul dengan sesama
- Mampu berkonsentrasi
- Rasa empati
Hmm... dari daftar kompetensi tersebut, si Kakak masih lemah untuk kemampuan berkonsentrasi, bekerjasama,
dan bergaul dengan sesama. Maka saat sesi tanya/jawab saya mencoba untuk
menanyakan hal tersebut kepada Bunda Aulia. Terlebih saat pulang sekolah, si
kakak bisa menirukan apa yang diterimanya di sekolah. Namun ketika melihat
rekaman video, foto atau laporan dari bunda yang mengampu di kelasnya, si Kakak
cenderung menyendiri, bengong, dan kurang konsentrasi. Ketika kami mencoba
untuk mengorek informasi dan bertanya tentang sekolah, dia selalu menjawab
dengan antusias dan mengatakan bahwa sekolah dan bertemu teman-teman membuatnya
nyaman dan senang.
Bunda Aulia Rahma memberikan penjelasan bahwa bagi anak usia di bawah 5
tahun hal tersebut wajar. Dia merasa lebih nyaman dan dekat dengan keluarga
sehingga ketika di rumah bisa sangat cerewet namun di luar rumah (di lingkungan
maupun di sekolah) cenderung diam. Hal tersebut masih terbilang normal
mengingat setiap anak memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Meski begitu,
sebagai orangtua harus terus memberikan stimulasi.
Rasanya cukup lega mendengar penjelasan dari Bunda Aulia Rahma, meskipun
masih tetap khawatir dengan beberapa hal. Well,
semoga semuanya baik-baik saja dan tumbuh kembangnya sesuai. Aamiin.
Hasil Test Deteksi Tumbuh Kembang si kakak |
Oia, bulan November yang lalu di sekolah juga diadakan test psikologi
untuk deteksi perkembangan anak. Saya dagdigdug
menanti hasilnya karena melihat si kakak yang sering kurang konsentrasi. Ternyata
hasilnya di luar dugaan. Ada beberapa yang di posisi nilai 3 (cukup) namun ada
yang mendapat nilai baik dan baik sekali.
Saran stimulasi |
Yang masih menjadi PR tentu saja konsentrasi, rasa percaya diri dan
kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain. Baiklah, semoga liburan ini bisa
gaspol bikin kegiatan bersama si
kakak di rumah untuk memberikan stimulasi terutama di aspek yang masih kurang
tersebut.
Semoga bermanfaat, Ayah-Bunda.
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,