Prestasi Junior Indonesia Dorong Orangtua dan Anak Cerdas Finansial di Era Digital
Daftar Isi
Program Digital Financial Literacy for Children
Prestasi Junior Indonesia
bersama Citi Foundation mengadakan
kegiatan Digital Financial literacy for Children bagi siswa kelas 4, 5,
dan 6 di lima kota di Indonesia, salah satunya di Denpasar. Kegiatan yang diadakan
di SD Negeri 18 Pemecutan Denpasar Barat tersebut merupakan wujud komitmen Citi
Indonesia melalui program CSR (corporate
social responsibility), Citi PeKa
(Peduli dan Berkarya) dalam mendorong literasi keuangan masyarakat
Indonesia. Selain kegiatan untuk siswa SD, berlangsung juga kegiatan untuk
orangtua. Sejumlah 100 orangtua mengikuti parenting
talkshow bertajuk ‘Cerdas Fianancial
di Era Digital’.
Beruntung sekali, Ayah-Bunda, saya bersama beberapa rekan blogger Bali
berkesempatan untuk hadir dalam parenting
talkshow tersebut dan mendapat
pencerahan mengenai pentingnya mengajarkan pengelolaan keuangan kepada anak
sejak dini, khususnya di era digital 4.0 ini.
Kepala SDN 18 Pemecutan, Ibu Putu dalam sambutannya menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan mendukung terselenggaranya acara
tersebut. Terlebih, SDN 18 Pemecutan merupakan salah satu sekolah model di Kota
Denpasar. Beliau berharap, prestasi sekolah akan terus bertahan dan meningkat
dengan adanya dukungan dari orangtua dan pihak lain, seperti terselenggaranya
kegiatan parenting talkshow dan
pelatihan untuk siswa bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Citi
Indonesia.
Senada dengan apa yang disampaikan kepala sekolah, Ibu Tatik Wahyuni
selaku perwakilan dari Dinas pendidikan Kota Denpasar juga menyampaikan pentingnya
pendidikan finansial untuk anak. Terlebih kegiatan tersebut juga sejalan dengan
Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang sedang digalakkan. Kegiatan GLN juga
mencakup berbagai lini seperti sains, ekonomi, dll.
Credit JPI |
Director, Country Head of
Corporate Affairs Citi Indonesia, Elvera N. Makki mengutarakan perhatian
besar Citibank untuk membangun komunitas yang berkembang dengan memiliki
kapasitas keuangan yang baik dan berkelanjutan. Dalam sambutannya, beliau
menyampaikan bahwa untuk mencapai kesejahteraan finansial, setiap individu
perlu memiliki pemahaman yang memadai mengenai uang, membuat keputusan
finansial yang cermat, dan mengelola uang dengan bijak sedari dini.
“Sehingga, melalui program literasi keuangan berbasis digital yang tengah
diadakan oleh Citi Indonesia bersama PJI tersebut, anak-anak belajar tentang
konsep dasar keuangan dengan pendekatan interaktif yang aman, komprehensif dan
menyenangkan,” ujarnya.
“Kami juga mengajak orang tua dan guru untuk bersinergi membangun
karakter dan budaya kelola uang pada anak di rumah dan di sekolah.Program ini
sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif ( SNKI),” lanjut Vera.
Selanjutnya, Academic Advisor
Prestasi Junior Indonesia, Robert Gardiner menyampaikan bahwa usia anak-anak merupakan momen tumbuh kembang
yang di dalamnya penting untuk ditanamkan nilai-nilai dasar finansial. Hal ini
juga yang menjadi dasar terselenggaranya acara edukasi finansial di 5 kota di
Indonesia.
“Dalam program ini, anak-anak belajar bahwa orang tua mereka perlu
bekerja atau berwirausaha untuk memperoleh uang. Oleh karenanya, mereka perlu
cermat dalam mengelola uang saku yang diberikan dengan menabungkan sebagiannya
dan membelanjakan sisanya untuk hal-hal yang dibutuhkan. Sejak tahun 2017,
Program Digital Financial Literacy for
Children telah menjangkau 8.655 siswa-siswi dari 31 sekolah dasar di
Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Denpasar. Kami berharap kemitraan
antara PJI dan Citibank ini dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak anak
Indonesia di masa mendatang.” Lanjut Robert.
Masa depan anak kita, tergantung bagaimana kita mendidiknya saat ini. Termasuk
dalam urusan pengelolaan keuangan. Saat ini, di mana arus informasi sedemikian
deras dan berbagai hal beralih ke ranah digital, orangtua dan anak-anak pun mengalami
kegagapan. Budaya konsumtif yang telah melekat di sebagian besar masyarakat
Indonesia semakin menguat dengan dukungan perkembangan teknologi.
Banyak orang yang mendapat kemudahan berbelanja online dan menyukai
aktivitas tersebut yang kemudian terus terpicu untuk belanja. Berbagai promosi
dan potongan harga serta rayuan gratis ongkos kirim semakin membuat konsumen kalap,
terutama perempuan yang pada dasarnya memang senang belanja dan cinta diskon. Mungkin
Ayah-Bunda ada yang merasa? Ups!
Children see, children do. Begitulah
fitrahnya anak-anak. Mereka melihat dan mengamati aktivitas orangtuanya dan meniru
apa yang dilakukan di dalam rumah. Orangtua yang tidak rapi dalam pengelolaan
keuangan, sangat mungkin menghasilkan anak yang serupa, JIKA TIDAK dibenahi
sejak dini. Apalagi sekarang transaksi non tunai/cashless dengan e-money atau dengan alat tukar lain bisa dilakukan dengan
sangat mudah lewat gawai hanya dengan sekali tap.
“Ayah beli uang dulu ke ATM,” itu jawaban lugu anak pertama saya yang
berusia 5 tahun ketika dia meminta sesuatu dan kami beralasan belum ada uang
untuk membelinya. Tentu, kami menjelaskan bahwa uang yang tersimpan di ATM
tersebut adalah uang yang ayah dapatkan dari bekerja, dan tidak ada ‘beli uang
di ATM’. Namun karena usianya yang masih kecil sehingga belum memahami.
Hal ini menjadi PR kami untuk terus menjelaskan dan mengajarkan
pengelolaan finansial kepada anak-anak. Termasuk dalam hal ini ketika dia menerima
paket buku atau barang lain yang saya pesan secara online, atau barang yang
saya jual secara online juga.
credit: PJI |
Parenting Talkshow ‘Cerdas Finansial di Era Digital’
Psikolog anak dan keluarga,
Roslina Verauli, M.Psi, Psi juga menjelaskan berbagai tahapan pengenalan
keuangan kepada anak. Beliau juga miris dengan kondisi anak terutama generasi alpha yang kebanyakan sedemikian
mudahnya mengeluarkan uang untuk kesenangan, seperti game online. Beliau juga
menyinggung kasus yang baru-baru ini mencuat, tentang seorang ibu yang kebobolan
hingga lebih dari 11 juta rupiah karena anaknya yang bermain game online dan membeli berbagai
perlengkapan game dengan mudahnya.
“Anak-anak masa kini lebih mudah terpicu untuk menginginkan serta membeli
barang karena kekurangpahaman pada makna uang sesungguhnya dan diperburuk
dengan gencarnya paparan iklan melalui perangkat teknologi,” Ujar Bu Vera yang sosoknya
sudah sering terlihat di layar televisi dalam acara ‘Curahan Hati Perempuan’ di
salah satu stasiun TV swasta Indonesia.
Lebih lanjut beliau memaparkan bagaimana kiat dan tahapan untuk mengenalkan
dan mengajarkan uang kepada anak. “Orang tua dapat mengajarkan kepada anak
dengan cara-cara yang sederhana. Mulailah dengan mengenalkan uang secara fisik
sembari mengajarkan bahwa uang memiliki nilai yang dapat ditukarkan dengan
suatu hal. Pada usia anak yang lebih tinggi, ajak anak ke pasar untuk melihat
adanya transaksi uang, ajar anak untuk mencatat pengeluaran, dan kenalkan
rekening tabungan di bank. Namun, orang tua juga harus menjadi teladan bagi
anak dalam mengelola uang. Hal ini penting karena pola pikir dan perilaku anak
terbentuk dari apa yang mereka lihat dan alami di rumah.”
Mengenai kiat dan tahapan yang disampaikan Bu Vera, kita bahas lebih
lengkap di tulisan selanjutnya, ya Ayah-Bunda. Semoga sabar menanti.
Bu Vera juga menambahkan bahwa nilai yang harus dimiliki oleh setiap
orang terutama untuk bisa cerdas secara finansial adalah HIDUP SEDEHANA.
Tentu, Ayah-Bunda setuju dengan hal tersebut, bukan? Dimana, menurut saya
sendiri, hidup sederhana bukanlah hidup susah namun hidup sesuai dengan kemampuan
tanpa melupakan masa depan. Bukan hidup dengan memaksakan diri untuk memiliki
dan mengoleksi barang mahal sementara sebenarnya keuangan tidak mendukung.
Sehingga, parameter ‘sederhana’ tiap orang tentu berbeda. Bagi orang
dengan pendapatan bulanan ratusan juta, membeli pakaian selembar seharga 1 juta
bisa dibilang sederhana, karena sebenarnya dia bisa membeli dengan harga yang
jauh lebih mahal. Sebaliknya bagi orang dengan gaji 5 juta, misalnya namun
membeli selembar pakaian seharga 1 juta, tentu sudah melebihi batas wajarnya. Seimbang
antara pemasukan dan pengeluaran dengan memperhatikan investasi, itu idealnya.
Credit JPI |
Anak-anak Antusias Mengikuti Kegiatan Edukasi Finansial
Sementara di dalam kelas, siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN 18 Pemecutan belajar
keuangan digital menggunakan gawai yang telah disediakan. Mereka mendapat
pengetahuan mengenai pentingnya menabung, memahami perbedaan antara kebutuhan
dan keinginan, mengenali metode pembayaran yang tersedia di pasar berupa pembayaran
tunai, kredit dan debit (non tunai), serta mempelajari pengetahuan
kewirausahaan tingkat dasar dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
Saat kami mengamati kegiatan di kelas tersebut, Citi volunteer yang merupakan bankir
muda tengah mengarahkan para siswa untuk ‘berbelanja’. Mereka boleh ‘belanja’
apa saja lewat modul di gawai, lalu menghitung pajak yang harus mereka
keluarkan yakni sebesar 10% dari harga barang tersebut. Anak-anak pun sigap dan
saling berbisik kepada teman sebangkunya untuk ‘belanja’. Sejurus kemudian,
masing-masing sibuk menghitung pajak dengan berbekal alat tulis di hadapannya. Fasilitator
pun dengan interaktif menampung dan menjelaskan kesulitan yang dihadapi
anak-anak. Terihat anak-anak sangat
antusias dan puas dengan kegiatan yang mereka ikuti.
Semoga kegiatan tersebut tidak hanya terhenti di SD 18 Pemecutan saja,
namun bisa tersebar kepada seluruh masyarakat melalui semangat dan implementasi
untuk membangun kecerdasan finansial khususnya kepada anak-anak.
Terakhir, saya teringat nilai positif yang selalu diteriakkan oleh saya
dan sahabat kental saya saat kuliah. Setiap kami merasakan dorongan yang begitu
kuat untuk membeli sesuatu, kami katakan keras-keras kepada diri sendiri: “KITA
BELI KARENA BUTUH, BUKAN KARENA INGIN!” tentu, kami mengucapkannya seperti
seorang anak TK menirukan gurunya lalu tertawa bersama setelahnya.
Semoga kita lebih bijak dalam mengelola keuangan, tidak lebih besar pasak
daripada tiang, dan bisa berinvestasi untuk masa depan. Aamiin.
Semoga bermanfaat.
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
"Masa depan anak kita, tergantung bagaimana kita mendidiknya saat ini. Termasuk dalam urusan pengelolaan keuangan ".Setujuuuh
Anak-anak jadi belajar mengenal finansial dengan cara menyenangkan.
Alhamdulillah.
makannya boncos melulu hahaha
Seru acaranya pengen ikutan