[REVIEW & GIVEAWAY] Benahi Perilaku Anak dengan #500Cara Mudah
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Ayah-Bunda.
Kali ini saya publish artikel
istimewa karena ada GIVEAWAY di
akhir tulisan. So, pantau terus ya, Ayah-Bunda.
Review Singkat buku 500 Cara Membenahi Perilaku Anak
Kusumastuti, atau sebelumnya
dikenal dengan nama K. Fischer dengan
beberapa judul novel karangannya. Penulis kelahiran Jakarta ini kini
berdomisili di Austria. Setelah lulus dari Fakultas Teknik Mesin, Universitas
Indonesia, beliau bekerja di salah satu perusahaan di sana.
Setelah melahirkan anak kedua, beliau memilih untuk berhenti bekerja dan
aktif dalam pengasuhan anak, serta mengarang buku parenting. Sebelum buku 500 Cara Membenahi Perilaku Anak, telah
terbit karyanya berupa 5 seri Mendidik Anak
ala Homeschool.
Nah, sebelum membahas lebih jauh, kita intip dulu perilaku apa saja yang
akan dibahas di buku karya Mba Kusumastuti tersebut. Ada 10 Cara membenahi
perilaku anak di dalam buku ini, yaitu:
1. Cara Membenahi Perilaku anak yang Pemarah
2. Cara Membenahi Perilaku anak yang Gemar
Berkelahi
3. Cara Membenahi Perilaku anak yang Suka
Merajuk
4. Cara Membenahi Perilaku anak yang Susah
Tenang
5. Cara Membenahi Perilaku anak Agar
Mudah Mengikuti Aturan
6. Cara Membenahi Perilaku anak yang Susah
Tidur
7. Cara Membenahi Perilaku anak yang Penakut
8. Cara Membenahi Perilaku anak yang Kurang
Percaya Diri
9. Cara Membenahi Perilaku anak yang Susah
Berkonsentrasi
10. Cara Membenahi Perilaku anak yang sedang Belajar Bicara
Tak tanggung-tanggung, sesuai judulnya buku ini berisi 500 cara untuk
membenahi perilaku anak. anak-anak dengan perilaku seperti di atas seringkali
membuat orangtua geregetan dan mengeluarkan emosi negatif. Akibatnya, anak pun
merekam semuanya dan menjadikan banyak hal makin rumit di otaknya.
Tak dipungkiri, saya pun seringkali kelepasan berbicara dengan nada
tinggi sekian oktaf kepada si Kakak. Tentu, ini sangat mengganggu dan membuat
saya khawatir jika kelak dia memiliki perangai (buruk) yang sama dengan
bundanya.
Saya juga pernah mendapat laporan dari Bunda di sekolah Hasna, yang
mengatakan si Kakak masih kurang konsentrasi dan kurang percaya diri. Apa yang
disampaikan beliau memang benar, meskipun jika di lingkungan rumah, dia lebih
percaya diri dibanding di sekolah. Saya pun berusaha untuk mendorongnya supaya
percaya diri dan berusaha melatih konsenstrasinya.
Upaya tersebut belum mendapat banyak kemajuan, ternyata muncul masalah
baru si Kakak, yakni sulit mengikuti aturan. Hm.. rasanya kepala saya makin pening dan ambang sabar makin
pendek. Ketika saya hanya di rumah bersama anak-anak, sering tidak bisa
mengontrol emosi terutama ketika sedang belajar bersama dan muncul ulah si
Kakak yang kurang taat aturan. Fyuuuh...
bagaimanapun, saya dan suami sebagai orangtuanya tetap harus mengupayakan berbagai
cara supaya kami bisa sinergi dan anak-anak tidak merasa tertekan.
Setelah membaca tips demi tips yang tertera di buku tersebut membuat saya
seolah tengah bercermin dan mendapat pencerahan tanpa merasa digurui. Berkali-kali
saya menggumam dan meringis ketika mendapati beberapa hal yang ‘saya banget’.
Asyiknya lagi, membaca buku ini tidak harus urut dari BAB 1 hingga BAB
10. Ayah-Bunda bisa memilih membaca sesuai kebutuhan. Contohnya saya, berhubung
masalah si Kakak pada rasa percaya diri, kurang konsentrasi, dan sulit taat
aturan, maka saya mencoba membaca sesuai kondisi si Kakak.
Kiat-kiat dalam buku tersebut telah diurutkan sedemikian rupa nomor 1 –
50 sesuai dengan perkembangan usia anak. Namun Ayah-Bunda bisa menerapkan kiat
mana saja sesuai dengan kondisi.
Catatan yang cukup penting juga, ketika menerapkan kiat-kiat tersebut, harus
dicoba berkali-kali sampai sebulan penuh, tidak hanya 1-2 kali. Hal ini karena
orangtua dan anak butuh beradaptasi untuk melakukan hal baru.
Berikut contoh kiat dalam mengatasi perilaku anak yang kurang percaya
diri:
KAMU MAMPU
Di setiap pertemuan lingkungan atau
keluarga besar yang banyak anak sebayanya, membanding-bandingkan kebiasaan anak sering
menjadi tema pertemuan. Hal ini tidak jarang mengintimidasi orangtua yang
merasa anaknya ‘kurang’ dari yang lain. Tanpa sadar, orangtua akan menularkan
perasaan ke anak kalau dia kurang dari yang lain.
Untuk ini Anda harus memfokuskan
diri ke perkembangan anak sendiri, bukan anak orang lain. Lihat dengan jelas
apa yang mampu dilakukan anak sesuai usia dan kemampuannya. Anak mungkin belum
mampu menyusun mainannya tinggi-tinggi, tapi dia mampu mengembalikan setiap
mainan ke kotaknya dengan rapi. Anak mungkin belum mampu menulis, tapi dia
mampu mewarnai dengan rapi dan tidak keluar garis. Anak mungkin belum mampu
berlari cepat, tapi dia rajin menolong ibu membuat kue. Pujilah apa yang anak
senang lakukan. Ajak anak menyenangi apa yang dilakukannya karena jika dirinya
senang, dia akan berusaha melakukan hal itu sebaik mungkin.
Ini adalah salah satu tips cara membenahi perilaku anak yang kurang
percaya diri. Dan Ayah-Bunda akan menemukan 499 tips lainnya di dalam buku
tersebut. Menarik bukan?
Judul Buku: 500 Cara Benahi Perilaku Anak
Pengarang: Kusumastuti
Penerbit: BIP
Jumlah Halaman: 364
Tahun Terbit: 2019
GIVEAWAY TIME!
Well, saatnya kita lanjutkan giveaway-nya. Hadiahnya adalah 1 Buku 500
Cara Membenahi Perilaku Anak, dan 2 pulsa @25 ribu (Total ada 3 Pemenang untuk
giveaway di Blog dan IG).
Simak persyaratannya, ya, Ayah-Bunda!
1. Peserta adalah siapa saja yang mengasuh anak usia 0-7 tahun. Boleh
ayah, bunda, tante, kakak, dll. Anak yang diasuh tidak harus anak sendiri.
2. Peserta berdomisili di Indonesia (boleh di Luar Negeri, tapi jika
menang hadiah hanya dikirim ke wilayah Indonesia dan nomor HP provider
Indonesia).
4. Giveaway berlangsung tanggal 1 – 10 Mei 2019
3. Follow Instagram @arinamabruroh dan @utiauthor
5. Giveaway ini berlangsung di blog dan IG. Setiap. Peserta bisa ikut di
kedua platform sehingga peluang menang semakin besar.
6. Ceritakan pengalaman mengasuh anak usia 0-7 tahun yang memiliki
permasalahan seperti yang dibahas di dalam buku 500 Cara Membenahi Perilaku
Anak. ceritakan juga bagaimana menemukan solusinya, jika masalah sudah selesai.
Jangan lupa share info giveaway ini juga, yes! Dan tunggu pengumumannya J
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
.
Perkenalkan mb, saya karimah..ibu seorang putri berusia 9 bulan.
.
Ikutan sharing ya greget nya pengalaman pertama mengasuh anak pertama diusia 0+.
.
Bahasa bayi adalah tangisan. Sungguh sempat bikin stres tersendiri ya karena sedikit2 bayi selalu menangis. Kadang malu juga dianggap ga bisa menenangkan anak ketika menangis.
.
Akhirnya saya trial dan eror mencari apa yang menyebabkan putri kecil saya sering menangis. Sampai satu kesimpulan memang dia termasuk bayi dengan karakter pembawaan yang sensitif.
.
Ketika udara nya gerah, popoknya basah, mau pup, ngantuk dan haus dia selalu menangis...ketika sudah teratasi penyebabnya alhamdulillah bisa tenang dan tangisnya mereda.
.
Namun setelah periode MPASI diusianya 6 bulan ada pembawaan baby yg lebih rewel dan sulit ditenangkan.
.
Setelah saya evaluasi karena bayi saya sering mengalami sembelit. Mungkin perutnya sering tidak nyaman dan sakit karena tidak bisa BAB.
.
Perilaku anak yang kurang tepat ternyata bisa jadi disebabkan kondisi fisik yang sedang tidak sehat.
.
Semoga sedikit pengalaman ini bisa bermanfaat dan menyemangati ibu-ibu yang lain mendampingi tumbuh kembang buah hati tercinta..
.
Ikut seneng bisa join di booktour mb uti #500cara. Terima kasih.
Baru sebentar dialihin, udah inget hp lagi.
Katanya emaknya ga boleh pegang hp, lah begimane emaknya kerjanya pake hp ewhhh hehe
Hampir 5 tahun terakhir ini saya jadi sosok yang dipanggil mama. Sejak jadi ibu, makin banyak hal yang aku pelajari. Karena jadi ibu itu nggak sekadar mengandung dan melahirkan tapi juga harus menanamkan hal positif bagi anak. Maklum apa yang orang tua, terutama ibu, lakukan akan dilihat dan dicontoh anak.
.
Saat jadi ibu, pengalaman paling greget dalam mendidik anak itu antara lain membenahi sifat penakut pada anak. Suatu kali anak saya main ke Kidzania, tapi dia takut karena beraktivitas bikin cokelat bersama anak lain yang nggak dia kenal. Di saat yang lain, dia takut ke dokter gigi, padahal sudah beberapa kali datang ke dokter gigi. Anak saya juga takut saat berenang, padahal dia sendiri yang minta ke kolam renang.
.
Saat dia 'serba takut' itu, jujur kesel banget. Tapi nggak bijak juga memaksa dan marah-marah ke anak yang baru belajar menjalani hidup dengan berbagai tantangannya.
.
Setelah saya amati, anak saya termasuk anak yang slow to warm up. Jadi wajar banget jika berada di tempat baru, dia akan sering merasa takut. Karena itu, saya sering 'briefing' dulu si kecil sebelum pergi ke suatu tempat. Saya ceritakan di sana kondisinya seperti apa, dan kegiatan apa yang akan dilakukan. Kami juga bermain peran sebagai simulasi. Alhamdulillah dalam beberapa kesempatan anak saya jadi lebih berani.
.
Sekarang usianya sudah hampir 5 tahun. Dia sudah jauh lebih baik mengatasi ketakutannya. Meski memang terkadang dia curhat merasa agak takut ketemu orang baru, tapi saya berusaha selalu mendukungnya untuk melihat sisi positif diri sendiri dan orang lain agar bisa lebih berani.
akupunmenulis.wordpress.com / @storiadellavita
Anakku dhafin tipe anak yg gamau diam. Tp ga hyper juga sih. Pintar banget bergaul, jd punya banyak teman. Cuman sayangnya doi agak sulit berkonsentrasi. Padahal tahun ini mulai SD. Tp kalau diajarin calistung kok agak sulit gt. Bahkan untuk pembetulan yg baru saja diucapkan aja kdg lupa lagi. Itu aja jawabnya sambil muter2 dulu, alesan mau ambil apa dulu, mau buang apa dulu, mau ke kamar mandi dulu, mau bilangin eyangnya apa dulu, dan segudang alesan biar gajadi belajar. Giliran ditanya jawabannya malah bilangnya : "Mamah aja deh yg jawab. Aku capek. Mau tidur".
Hhmmh, bikin yg ngajar (aku) geregetan. Hahaha. Padahal kalo sama murid2ku sendiri aku bisa sabar.Tapi entahlah kl sama dhafin kok ak jd ga sabar gt. Hhhh. Eh jadi ini yg bermasalah 3maknya atau anaknya ya mbak. Hehehe.
Saya Nana, ibu dari 2 orang anak usia 4,5 tahun dan usia 3 tahun.
Akhir-akhir saya cukup pusing liat kakak-adik ini berantem. Dan kalau dilihat yang suka memulai pertengkaran duluan adalah Si Adik. Si Adik cenderung suka memukul dan akhirnya Si Kakak pun ikut marah dan membalas adiknya
Hal ini cukup bikin saya bingung, lalu saya coba bilang ke anak-anak, kalau sedang marah atau kesal tangannya disembunyikan, namun terkadang kl emosi mereka lg memuncak, yaaah kata-kata ini sudah ga berlaku... lewat begitu saja
Nah berhubung sekarang anak-anak ini lagi penasaran dan banyak tanya tentang 'kematian dan meninggal' itu apa, lalu saya sisipkan cerita tentang saat nanti di akhirat, anggota tubuh kita akan ditanyai oleh malaikat mengenai hal yang dilakukan semasa hidup. Saya ceritakan kepada mereka, "Jika tangan yang semasa hidup sering dipakai untuk memukul, nanti saat ditanya malaikat, Si Tangan akan menjawab kalau semasa hidup dia selalu memukul orang. Dan akhirnya amalan baik Si Tangan hanya sedikit karena ia jarang dipakai untuk menyayangi dan membantu orang lain, maka nanti harus pergi ke neraka dulu."
Setelah diceritakan begitu, ada dampaknya pada anak-anak walaupun belum maksimal, ada beberapa kondisi disaat Si Kakak dijaili Si Adik, dia tidak langsung membalas dan kemudian mengingatkan Si Adik "Dik, kalo kamu pukul aku lagi, besok ditanyain lho sama malaikat di akhirat. Nanti kamu ga jadi masuk surga"
Hanya berharap semoga semua ibu selalu diberikan kesabaran yang luas dalam menghadapi segala tingkah laku anak kita, apalagi saya 'Si Ibu Sumbu Pendek' hehe :)
Semoga buku #500cara karya Mba @utiauthor bisa menjadi 'teman' dalam menjalani hari-hari kita menjadi ibu. Terima kasih Mba @arinamabruroh untuk kesempatan GAnya :))
----
Tapi karena ngantuk, Zril nangis. Ini yang bikin hati saya sedih. Greget, anaknya gak bisa tidur, ibunya yang bingung. Walau sudah digendong, diberi susu, dibujuk macam2...Zril tak mau berhenti nangis kecuali dia capek. Setelah capek, barulah dia mau naik ke tempat tidur, minum susu dan tidur.
----
Jadi di saat jam tidur siang, akhirnya saya ajak dia main secapainya agar lupa menangis. Setelah itu langsung saya mandikan, lalu beranjak ke tempat tidur. Kadang yang greget, saya yang meluk Zril agar lekas tertidur, malah saya yang ketiduran sedangkan Zril lanjut main. Tapi gak pakai nangis sih.
-----
Duh asuh anak sendiri ternyata lebih heboh, ya. Saya butuh belajar banya dari buku #500Cara karya Kak Uti di #GAarinamabrurohXutiauthor Kak Arina Mabruroh.
Salam manis, Artha
IG @kata_tha