Mengulik PJJ dan PTM di Indonesia
Dilema PJJ vs PTM bagi Guru, Orang Tua, dan Anak
Ayah/Bunda, bagaimana dengan kondisi belajar online ananda sekarang? Terutama ketika anak-anak cenderung bosan dan pendidikan jarak jauh (PJJ) yang dilakukan terasa menjadi kacau.
Saat pengambilan raport semester genap sekaligus kenaikan kelas tahun ini, saya sengaja mengajak si Kakak ke sekolah. Di sana, para guru pun berseloroh bahwa anak-anak sekolah di rumah tapi sudah mau naik kelas 2. Si Kakak hanya tersenyum simpul, malu bertemu dengan guru-gurunya.
Pun saat bertemu teman sekelas dan teman masa TK-nya. Awalnya mereka hanya saling diam dan berpandang-pandangan canggung satu sama lain. Setelah sekian menit, barulah mereka berbincang akrab khas anak-anak.
“Kak, kangen sekolah nggak?” saya beberapa kali melontarkan pertanyaan ini. Jawabannya beragam. Awal PJJ dulu, dia mengaku kangen aktivitas di sekolah bersama teman-temannya. Namun makin lama belajar di rumah, dia sudah terbiasa dengan rutinitasnya saat ini, meskipun saat jam belajar harus didorong, dibujuk, dan seringkali bundanya harus “keluar tanduk” serta suara mendadak naik sekian oktaf. Maklum, kebanyakan teman mainnya di lingkungan usianya lebih kecil dan belum memiliki kewajiban belajar di rumah.
Hal ini membuat saya kembali bimbang apakah harus memilih kembali PJJ atau PTM jika kebijakan telah diketuk palu. Sepertinya kami harus membahas kembali dan menimbang banyak hal untuk memutuskan.
Webinar bersama Faber-Castell |
Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia, di antara PJJ dan PTM bersama Faber-Castell
Permasalahan Kompleks yang Terjadi di Masa PJJ
“Ibu-ibu, siapa yang sudah bosan menjalani sekolah online?” Ibu Saufi Sauniawati, seorang pemerhati pendidikan Indonesia melempar pertanyaan yang disambut riuh dengan berbagai jawaban “ya” dan emotikon tertawa oleh hampir seluruh peserta webinar.
Apa yang membuat anak bosan? Biasanya bosan karena tidak ada variasi. Seperti halnya orang tua, anak-anak pun jenuh menghadapi rutinitas yang monoton setiap harinya. Tak hanya itu, berbagai permasalahan terjadi di negara kita terkait kebijakan PJJ.
Permasalahan kompleks PJJ di Indonesia: Infrastruktur, faktor psikologis anak dan guru. Contohnya:
- tidak semua orang tua punya smartphone
- ada smartphone tapi tidak ada akses internet
- orang tua harus intensif membantu anak-anak belajar di rumah, sementara juga punya kesibukan termasuk bekerja.
- anak-anak mulai bosan
- kurikulum belum mendukung model PJJ, dll
Metode Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia tidak maksimal. Dimana Indonesia belum siap dalam menghadapi PJJ, berbeda dengan negara lain. Jepang contohnya, adalah negara yang telah sukses menerapkan PJJ karena sejak dulu sudah memiliki model pembelajaran serupa, ungkap Saufi.
Berbagai Peran dalam PJJ
Selama pandemi, orang tua menggantikan hampir sepenuhnya peran guru di sekolah. Sedangkan mereka memiliki kesibukan masing-masing. Banyak orang tua yang baru bisa mendampingi anaknya belajar setelah pulang kerja di malam hari. Otomatis mereka mengirimkan tugas ke wali kelas pun menjelang tengah malam. Akibatnya, guru pun harus bekerja tak kenal waktu. Semua pihak terkena imbas pandemik.
Seyogianya, guru berperan sebagai motivator, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap proses belajar masing-masing siswanya. Orang tua di rumah berperan dalam mendampingi dan memberikan motivasi untuk anak-anaknya.
Tugasnya sama-sama berat. Orang tua dituntut tak hanya menyediakan fasilitas gawai dan akses internet, tetapi juga menyediakan media pembelajaran, membimbing proses belajar anak, dan juga mengawasinya, bukan malah mengajarkan anak untuk cheating demi mendapatkan nilai sempurna.
“Peranan guru selama ini yang berfungsi sebagai motivator dan bertugas melakukan proses monitoring, serta pendampingan/fasilitator bagi siswa didik kini harus di emban oleh orang tua yang sudah sibuk dalam bekerja dan berakibat menimbulkan banyak masalah baru, diantara makin rendahnya motivasi anak dalam belajar,” lanjut Saufi.
Berbagi peran dalam PJJ |
Dampak Positif dan Negatif Pandemi di Bidang Pendidikan
- Anak-anak belajar soft skill seperti mengerjakan pekerjaan rumah, skill komputer, dll
- Anak-anak menjadi lebih kreatif terutama saat mengerjakan tugas menggunakan perangkat elektronik
- Portal pendidikan berbasis online berkembang pesat, termasuk TVRI yang menyiarkan tayangan belajar di rumah.
- Orang tua lebih mengenal karakter belajar anak sehingga bisa memberikan lebih banyak dukungan
- anak-anak terlalu lama terpapar layar dan tayangan, karena mau tak mau harus menggunakan gawai saat BDR
- anak-anak kurang bersosialisasi dengan teman sebayanya, kecuali yang berada di zona aman dan memiliki teman sebaya di lingkungannya
- jiwa kompetisi dan kolaborasi dengan teman-temannya berkurang
- anak dan orang tua rentan mengalami stres, terlebih orang tua yang sibuk apalagi memiliki anak usia sekolah lebih dari 1
- dll
Bagaimana Memberikan Motivasi untuk anak usia TK dan SD?
Mendampingi anak usia TK dan SD belajar di rumah adalah tantangan berat terutama bagi orang tua seperti saya yang kurang kreatif dan sumbu pendek saat menghadapi tingkah anak. Iyes, ayahnya cukup sabar menghadapi si Kakak, tetapi beliau juga punya tanggung jawab bekerja. jalan tengahnya, kami berbagi tugas mengajar saat ayah di rumah. Mata pelajaran umum (tematik) dan belajar membaca pun biasanya si Kakak lebih nyaman dengan ayahnya. Saya kebagian tugas mengampu mata pelajaran lain mulai dari Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Bali, Agama Islam. Untuk mata pelajaran olah raga, siapa yang saat jadwal bisa meng-handle, dialah yang akan maju.
Pembagian ini cukup nyaman bagi saya dan suami, tapi berakibat si Kakak membedakan gaya mengajar ayah dan bundanya, akhirnya sering ngambek dan putus asa saat menemukan kesulitan atau salah satu dari kami sedang bad mood.
Bagaimana jika terjadi seperti si Kakak yang mulai kehilangan motivasi? Saufi memberikan beberapa tips, yaitu:
- Orang tua harus aktif dan atraktif, berperan seperti guru TK dan guru kelas 1 SD, di mana anak masih dalam masa peralihan dari jenjang sekolah PAUD ke pendidikan dasar.
- Ortu/guru tidak sekadar memberikan tugas, tetapi berikan pemahaman yang transfer ilmu yang baik
- orang tua di rumah harus berlaku seperti guru, bukan sebagai ayah/ibu saat belajar. Pada masa-masa ini, anak masih lebih mendengarkan gurunya dibanding orang tuanya.
- setiap hari, kondisikan seperti suasana akan sekolah, supaya anak-anak terbiasa disiplin
- ciptakan passion-nya, refraksi, seperti menyiapkan buku dan tas untuk sekolah, ajak anak ke sekolah saat ada urusan administrasi dll
- Pahami anak-anak, apa yang mereka suka, lalu challenge mereka.
- Biarkan mereka berkreasi. Awasi dan terus berikan pujian/apresiasi atas pencapaian mereka
Itulah yang saya hadapi saat ini. Tak sedikit juga yang mengalami masalah anak lebih dari 1 sama-sama usia sekolah, masing-masing juga membutuhkan perangkat, sementara gawai yang tersedia terbatas. Maka orang tua harus memilih priorotas, mengatur jadwal mana yang akan didahulukan menggunakan gawai. Orang tua pun harus mengomunikasikan hal tersebut kepada wali kelasnya, supaya tidak terjadi salah paham jika dinilai terlambat melaporkan kegiatan belajar harian.
Paket Balajar Online Faber-Castell |
Belajar cerdas untuk Indonesia dengan Paket Belajar Online Faber Castell
Saya pernah menghadapi saat-saat menjengkelkan yang berkaitan dengan PJJ khususnya saat mengerjakan tugas ujian baik waktu ulangan harian, penilaian tengah semester maupun penilaian akhir semester.
Ulangan harian biasanya dikerjakan di Google form. Anak-anak mengerjakan sekitar 10 – 15 soal pilihan ganda. Beberapa kali saya melihat si kakak menjawab soal dengan benar, tetapi skor akhirnya tidak sesuai harapan. Rupanya, ada nomor yang terkadang tak sengaja terpencet jawaban lain saat dia scroll soal berikutnya. Belum lagi masalah saat ujian semester, di mana seringkali server aplikasi sekolah online down saat belum selesai mengerjakan soal, sedangkan waktu terhitung mundur sejak lembar soal dibuka. Fyuuuh! Yang begini benar-benar bikin bundanya mengelus dada dan ngomel-ngomel.
Sebenarnya, hal-hal teknis khususnya yang berkaitan dengan gawai kita tersebut bisa diatasi dengan produk “Paket Belajar Online Faber Castell”. Benarkah?! Yup! Karena selain dilengkapi dengan alat tulis konvensional, di dalam paket ini tersedia “Stylus” yang bisa dipakai untuk semua jenis touchscreen baik smartphone, laptop, touch pad, dll.
Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia, Christian Herawan menjelaskan bahwa Paket Belajar Online Faber-castell memang diciptakan berdasarkan hasil survei yang ada di masyarakat khususnya terkait proses pembelajaran jarak jauh, di mana gawai yang menjadi perangkat utama Pembelajaran Jarak Jauh, dinilai kurang optimal dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Stylus ini sangat membantu saat menjawab pertanyaan yang sifatnya pilihan maupun essay, selain berfungsi untuk menggeser layar dan juga menulis, sehingga sangat cocok untuk segala jenis ujian.
“Kelebihan stylus yang ada di paket Belajar Online dibandingkan sejenisnya, karena karet Stylus juga bertekstur lembut sehingga tidak akan merusak layar smartphone dan dapat digunakan di semua jenis atau merek smartphone,” lanjut Christian.
Membantu sekali, bukan? Tidak hanya bermanfaat untuk anak yang rawan salah pencet saat mengerjakan soal seperti anak saya, tetapi juga bisa digunakan oleh orang tua untuk edit foto, membubuhkan tanda tangan, mewarnai gambar digital, dan keperluan lainnya yang berkaitan dengan sekolah online.
Nah, para pengajar atau fasilitator pendidikan juga bisa menggunakannya untuk mengoreksi, tanda tangan, dan pekerjaan online lainnya.
Tenang, Ayah/Bunda! Paket belajar online ini dibanderol dengan harga yang cukup ramah di kantong, hanya berkisar 30-35rb. Kini sudah tersedia di toko buku maupun di marketplace. Coba deh, ke toko buku terdekat, atau pesan via online jika kondisi pandemi di daeah Ayah/Bunda tengah mengkhawatirkan.
Stylus yang membantu belajar online dengan gawai |
Menyiapkan Pertemuan Tatap Muka (PTM)
Sebenarnya, sejak akhir tahun 2020 kami sudah memantapkan hati untuk mengikuti PTM terbatas, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Namun karena kasus di Bali kembali meningkat, Gubernur mengambil keputusan sekolah kembali dilaksanakan secara online.
Tahun ajaran baru ini, saya sudah pasrah seandainya kembali PJJ, atau PTM terbatas di mana sebagian siswa masuk kelas sedangkan sebagian lainnya belajar di rumah dengan jadwal bergantian.
Tentu kita harus mulai menyiapkan berbagai hal, termasuk mendisiplinkan anak (dan diri kita juga yang sudah beradaptasi dengan PJJ selama kurang lebih 1 tahun ajaran), mengajarkan protokol kesehatan ketat kepada anak-anak, mempelajari sistem PTM terbatas, dll.
“Orang tua harus lebih cerdik dalam menyikapi pembelajaran online di masa mendatang, khususnya terkait dengan sistem evaluasi pembelajaran. Untungnya kita terbantu dengan produk terbaru Faber-Castell, Paket Belajar Online. Produk yang membantu kita tak hanya belajar keras tapi belajar cerdas,” tutup Saufi.
Apapun yang menjadi keputusan pemerintah nanti, kita punya hak untuk mengikutkan anak kita PTM atau tetap mengambil full PJJ. Sebaiknya, sesuaikan dengan kondisi dan lingkungan masing-masing, penerapan prokes di sekolah, dan keamanan di lingkungan sekitar.
Semoga masa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua khususnya dalam bidang pendidikan. Terakhir, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke 260 untuk Faber-Castell, semoga terus meramaikan dan mendukung pendidikan di Indonesia dengan produk-produk kualitas terbaiknya.
Ayah/Bunda yang ingin tahu lebih banyak tentang produk dan program Faber-Castell bisa mengunjungi website resmi Faber - Castell.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
Terus seriosa naik berapa oktaf tuuh? Kan lumayan juga buat latihan bernyanyi yaa sambil nemenin PJJ .
Gurih2 enyoy ya PJJ, kbayang yg punya anak2 SD yg butuh pendampingan , semoga makin semangat di tahun ajaran baru dengan adanya Paket Belajar Online dari Faber Castle, pastinya Stylus yang bikin smangat lagi buat PJJ ya
mudah2an paket belajar dari faber castel bisi bikin anak2 semangat menjalani pjj ya.. apalagi ada pen stylusnya..
Anak-anak jenuh karena tidak bisa merasakan makna "kehadiran" seorang guru, Ibu juga diuji karena menjadi segala sesuatu yang dibutuhkan anak dan keluarga.
PJJ harus banget didukung dengan peralatan yang simple seperti stylush dari Faber Castell.
Bentuknya mungil tapi manfaatnya besar.