Business Day Anak TK, Serunya Nggak Ketulungan!
Kurikulum merdeka memang bikin anak-anak hepi untuk sekolah. Ada saja cerita seru yang dibawa pulang khususnya saat kegiatan praktik. Belum lama ini, di sekolah diadakan kegiatan ‘Business Day’ atau ‘Market Day’. Sebagaimana kegiatan market day pada umumnya, di sini anak-anak akan bermain peran menjadi penjual dan pembeli.
Begitu mendapat info dari bunda kelasnya, kakak S antusias dan berkali-kali membahasnya. Ia tak sabar untuk segera menjadi pembeli dan penjual. Rencana ini-itu, apa yang mau dijual, dll selalu dibahas. Sejujunya, waktu itu bundanya ini juga cukup antisuas karena kakaknya dulu berharap ada market day ternyata tidak kesampaian karena pandemic covid-19.
Setelah melakukan pertimbangan ini-itu, akhirnya kami sepakat untuk berjualan pudding berbagai rasa dengan topping buah.
Persiapan Membuat Puding dan Keranjang
Tentu saja, untuk persiapannya, kami melibatkan Kakak S mulai dari memilih rasa pudding yang akan dijual, membeli topping buah dan printilan lainnya, serta membuat keranjang untuk display jualannya. Kami sepakat untuk membuat pudding rasa coklat dan mangga, 2 rasa yang menjadi favorit seisi rumah. Untuk toppingnya, kami gunakan buah strawberry, anggur, dan kiwi supaya hasilnya cantik.
Selain itu, kami menyiapkan stiker untuk ditempel di cup pudding. Saya membuat sendiri desain untuk stiker dan keranjang display, dengan bantuan aplikasi Canva. Setelah stiker dietak oleh Ayah, Kakak S bertugas untuk menggunting stiker dan menempelkannya di cup.
Untuk keranjang display pun sama, memanfaatkan canva, saya buat desain sederhana untuk di-print. Kertas hasil cetaknya ditempel di keranjang dilengkapi kardus bekas supaya hasilnya lebih menarik. Cukup repot untuk membuatnya meskipun desainnya sederhana. Akhirnya seisi rumah ikut terlibat. Kakak H ikut membantu menggunting dan memotong kardus bekas, Kakak S menyiapkan lem dan isolasi, Ayah membantu menepelkan kardus yang sudah dihias dengan keranjang. MasyaAllah, jadi sarana quality time juga, nih.
Hari H Market Day, Petjah!
Har H Market Day, kami berangkat ke sekolah berjalan kaki, full team karena Ayah masuk kerja pagi. Kakak H bertugas mendorong stroller Adik N, kakak S membawa tas sendiri, dan Bunda membawa pudding yang akan dijual. Awalnya, anak-anak ingin membantu membawa tapi karena khawatir jatuh, mereka pun mengalah untuk tidak menyentuh pudding itu. Karena keterbatasan halaman yang akan digunakan untuk market day, maka orang tua tidak diperkenankan untuk mendampingi. Anak-anak didampingi oleh bunda kelas dan mama-mama yang menjadi pokja kelas. MasyaAllah, hanya memantau dari media sosial sekolah dan dari unggahan di WAG kelas, tapi sangat terasa keseruannya.
Anak-anak belajar untuk bertransaksi, menghitung uang yang diterima dan jumlah barang yang dibeli oleh temannya. Saat menjadi pembeli, Kakak S girang karena pulang dengan membawa banyak makanan dan printilan yang dibeli.
“Seneng, Bun. Bisa beli banyak sesuka hati. Tapi tadi aku mau beli stiker sudah habis,” lapor Kakak S di hari kelasnya bertugas sebagai pembeli. Sebelumnya Bunda kelas sudah memberikan instruksi kepada orang tua untuk membekali anaknya dengan uang lembaran 2 ribu. Harga barang yang dijual masing-masing harganya 2 ribu. Guna memudahkan anak TK, maka mereka membeli barang dengan uang pas, belum saatnya untuk belajar menghitung kembalian.
Esok harinya, saat bertugas menjadi penjual, Kakak S bilang senang jualan karena dapat uang, tapi malu buat menawarkan dagangan.
“Tadi disuruh Bunda bilang ‘beli, beli…!’ tapi aku malu, aku diam aja, Bun,” curhatnya sepulang sekolah.
“Oh, jadinya jualannya laris, nggak?”
“Habis, Bun. Tapi tadi masih ada 2 trus dibeli sama mama-mama.”
Dalam hati saya terkikik geli. Bunda di sekolah juga sudah mewanti-wanti wali murid untuk membantu membeli dagangan khususnya jika sampai akhir masih banyak yang tersisa. Memastikan jualan anak-anak laku semua agar mereka sama-sama gembira dan bangga, berhasil berjualan.
Alhamdulillah, uang hasil jualan tak sesuai dengan jumlah barang yang dibawa, sungguh bukan masalah. Pengalaman anak-anak untuk role play sebagaimana orang bertraksaksi jual/beli di pasar jauh lebih berharga.
Anak-anak belajar bahwa untuk mendapatkan uang, perlu berusaha, dan tak selalu mudah. Pelajaran tentang literasi keuangan juga didapatkan.
Terima kasih, khususnya untuk Bunda-bunda di sekolah yang super sibuk menyiapkan dan mendampingi anak-anak.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,